Laman

Jumat, 20 Maret 2015

SISTEM EVALUASI KURIKULUM

SISTEM EVALUASI KURIKULUM
Tugas Makalah ini Dibuat dalam Rangka Pemenuhan Tugas Mingguan
Pada Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
DOSEN PEMBINA
Moh. Zaini, S.Pd., M.Pd
Copy (2) of logo - ikip_color.jpg
Nama Anggota Kelompok
Nama
NPM
Nkp
Nikel
Beni
2121000210185


Ema Pionika
2121000210095


Qomar Nurdin
2121000210245


Yordanus Ardi
2121000210250



Notes:
Nkp     : Nilai Kemampuan Personal
Nikel   : Nilai Kelompok

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG
2013
BAB I
PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang Masalah
Kurikulum merupakan rancangan pedidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi peserta didik di sekolah.
Setelah berjalannya kurikulum di sekolah maka adanya evaluasi kurikulum pada akhirnya. Evaluasi kurikulum memegang perenan penting baik dalam penetuan kebijaksanaan pedidikan pada umumnya, maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Evaluasi kurikulum sukar dirumuskan secara tegas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
a)      Evaluasi kurikulum berkenaan dengan fenomena-fenomena yang terus berubah.
b)      Objek evaluasi kurikulum adalah sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.
c)      Evaluasi kurikulum merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.
Perubahan dalam kurikulum berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Evaluasi juga meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan yang telah dicapai oleh program sekolah. Sedangkan pada tingkat yang sangat formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah ditentukan. sistem evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi kurikulum dan kemampuan pendidik, kemampuan dan kemajuan peserta didik, fasilitas dan sumber-sumber belajar dan lain-lain.
2.      Rumusan Masalah
Sistem evaluasi kurikulum
a)    Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran
b)   Pengertian Evaluasi Dalam Kurikulum
c)    Tujuan Evaluasi dalam Kurikulum
d)   Konsep evaluasi dalam kurikulum
e)    Aplikasi berbagai jenis evaluasi serta fungsi dari setiap evaluasi dalam kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
                                  SISTEM EVALUASI KURIKULUM     
A.    EVALUASI KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Evaluasi kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini biasanya dilakukan waktu proses berjalannya kurikulum. Evaluasi kurikulum juga dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.

Menurut Oemar Hamalik(2008)[1], evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.
Rumusan ini memiliki tiga implikasi:
1.      Evaluasi ialah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya pengajaran.
2.      Proses evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3.      Evaluasi menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Evaluasi juga merupakan kegiatan mengukur dan menilai (Arikunto, 1993). Mengukur ialah kegiatan membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, sedangkan menilai ialah mengambil sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.
Sedangkan menurut Abdurahman dan Elya Ratna(2003)[2], ketiga istilah itu jika dihubungkan dengan konsep pembelajaran dapat diartikan sebagai berikut.
1.      Evaluasi adalah kegiatan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar, mengolah dan menafsirkan informasi tersebut dengan menggunakan tolak ukur tertentu.
2.      Pengukuran adalah kegiatan untuk memperoleh informasi yang berupa angka mengenai kemampuan siswa pada periode tertentu dengan menggunakan alat ukur yang objektif atau subjektif untuk keperluan analisis dan menafsirkan.
3.      Penilaian adalah kegiatan mengolah dan menafsirkan skor yeng diperoleh melalui pengukuran dengan menggunakan kriteria tertentu.
Penulis setuju dengan pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
B.     PENGERTIAN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Evaluasi kurikulum adalah penelitian yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Dengan demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian, penjaminan, dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sabagai bentuk akuntabilitas pengembangan kurikulum dalam rangka menentukan keefektifan kurikulum. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji teori atau membuat teori baru.
Dalam pengembangan kurikulum menurut Zainal Arifin (2011)[3], evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen penting dan merupakan tahap yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back) bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Di sekolah, kita sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir semester, ujian blok, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya. Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem evaluasi itu sendiri. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang apa, mengapa, dan bagaimana evaluasi, terlebih dahulu mari kita simak beberapa pengertian istilah berikut ini, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
1.      Tes
Menurut Gilbert Sax(1980) tes merupaskan suatu rangkaian tugas. Isitlah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap seseorang.
2.      Pengukuran
Menurut Conny Semiawan S.(1986), istilah pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Dalam kegiatan pengukuran tersebut tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psiokologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.
3.      Penilaian
Menurut Anthony J.Nitko(1996) menjelaskan penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi yang digunakan untuk membuat keputusan-keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program, dan kebijakan pendidikan.
4.      Evaluasi
Menurut Guba dan Lincoln (1985), menekankan definisi evaluasi adalah suatu tindakan pengadilan, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan
Sedangkan menurut Oemar Hamalik (2007) [4], Banyak para ahli yang telah menyumbangkan buah pemikirannya tentang evaluasi kurikulum, antara lain Stephen Wiseman dan Douglas Pidgeson dalam bukunya Curriculum Evaluation. Menurut Morrison, evaluasi kurikulum merupakan perbuatan pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat dipertanggung jawabkan. Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan sebagai suatu proses pengumpulan dan analisi data secara sistematis, yang bertujuan untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki motode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui atau memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula. Dalam konteks sistem kurikulum istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi, yaitu evaluasi kurikulum. Adapun dalam buku curriculum Planing and Development, dinyatakan bahwa sistem evaluasi kurikulum adalah proses untuk menilai kinerja pelaksanaan suatu kurikulum. Didalamnya terdapat tiga makna yaitu:
a)      Evaluasi tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang ingi dicapai;
b)      Untuk mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang dilaksanakan; dan
c)      Evaluasi harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.

C.    TUJUAN EVALUASI DALAM KURIKULUM
Tujuan evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk menilai efektifitas program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
Tujuan dari evaluasi kurikulum adalah penyempurnaan kurikulum dengan jalan mengungkapkan proses plaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dan untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum,baik yang menyangkut tentang tujuan, isi/materi ,strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun sistem penilaian itu sendiri.
Menurut Zainal Arifin (2011)[5], dalam kegiatan evaluasi, guru harus memahami terlebih dahulu tentang tujuan evaluasi. Bila tidak, guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan melaksanakan evaluasi.
1.      Menentukan efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran.
2.      Menentukan keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran.
3.      Menentukan tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik.
4.      Menentukan masukan untuk memperbaiki program.
5.      Mendeskripsikan kondisi pelaksanaan kurikulum.
6.      Menetapkan keterkaitan antar komponen kurikulum.
Evaluasi banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda yaitu dalam kegiatan bimbingan, kegiatan supervisi, dan kegiatan seleksi.
a)      Dalam kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan bimbingan dengan sebaik-baiknya.
b)      Dalam kegiatan supervisi, tujuan evaluasi yaitu untuk menentukan keadaan suatu situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahakan langkah-langkah perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah.
c)      Dalam kegiatan seleksi, tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan keterampilan,sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan tertentu.
Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai salah satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai satu prinsip rikulum.
D.    KONSEP EVALUASI DALAM KURIKULUM
Konsep dasar evaluasi yang harus dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi,  karakteristik evaluasi, teknik-teknik evaluasi, dan terakhir macam-macam alat evaluasi. Tanpa mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar tentang konsep dasar evaluasi.
Dalam studi tentang evaluasi, banyak sekali dijumpai konsep-konsep evaluasi dengan format atau sistematika yang berbeda, sekalipun dalam beberapa konsep ada juga yang sama. Zainal Arifin (2009) mengelompokkan sepuluh konsep evaluasi yaitu:[6]
a.      Konsep Tyler (Tyler Konsep)
Konsep ini dibangun atas dua dasar pemikiran. Pertama, evaluasi ditujukan pada tingkah laku pesrta didik. Kedua, evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum (hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seseorang evaluator kurikulum harus dapat menetukan perubahan tingkah laku peserta didik mengikuti pengalaman belajar dan menegaskan bahwa yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh kegiatan kurikulum. Konsep tyler disebut juga konsep black box, karena konsep ini sangat menekankan adanya tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test). Dimensi proses ini dianggap sebagai “kotak hitam” yang menyimpan segala teka teki. Konsep tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum.
b.      Konsep Yang Berorientasi Pada Tujuan (Goal Oriented Evaluation Konsep)
Konsep ini dianggap lebih praktis untuk mendesain dan mengembangankan suatu kurikulum karena menentukan hasil yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur (logis antara kegiatan, hasil, dan prosedur pengukuran hasil). Konsep ini dapat membantu guru menjelaskan rencana pelaksanaan kegiatan suatu vkurikulum dengan proses penyampaian tujuan dan instrumen yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin di ukur. Hasil hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan kurikulum berdasarkan kriteria tertentu. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan kegiatan dan menekankan pada peserta didik  sebagai aspek penting dalam kurikulum.
Kekurangannya adalah memungkinkan terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapakan.
c.       Konsep Pengukuran (R.Thorndike Dan R.L.Ebel)
Dalam pengembangan kurikulum, model ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, yang mencakup hasil belajar(kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek kepribadian peserta didik. Instrumen yang biasa dilakukan adalah tes tertulis dalam bentuk tes objektif, yang cenderung dibakukan.
d.      Konsep Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, Leen J. Cronbach
Konsep ini memandang evaluasi sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi kepada pihak yang memerlukan. Tekhnik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes (tulisan, lisan, dan perbuatan) tetapi juga non-test (observasi, wawancara, skala sikap). Konsep evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku pada dua tahap yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan konsep ini maka guru perlu melakukan pre and post-test. Model ini menekankan pada pendekatan penilaian acuan patokan.
e.       Konsep Evaluasi Sistem Pendidikan (Education System Evaluation Konsep)
Tokoh konsep ini Daniel L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut pandangan mereka, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Konsep ini menekankan sistem sebagai suatu keseluruhan. Konsep ini  menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description dan jedgement. Dalam konsep ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara satu kurikulum dengan kurikulum lain yang dianggap standar. Proses evaluasi tidak hanya berakhir dengan satu description mengenai keadaan sistem sistem kurikulum, tetapi harus sampai pada judgement sebagai kesimpulan dari evaluasi. konsep ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk membuat keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem kurikulum secara keseluruhan.
f.       Konsep Alkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu proses untuk meyakinkan keputusan,    mengumpulkan informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih beberapa alternatif. Memilih informasi yang tepat dan menganalisis informasi. Alkin mengemukakan ada 5 jenis evaluasi yaitu:
1.      Sistem assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari suatu sistem.
2.      Program planning yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi kebutuhan program.
3.      Program implementation yaitu menyiapkan informasi apakah suatu program sudah diperkenalkan pada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
4.      Program improvement yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat berfungsi, bekerja atau berjalan.
5.      Program certification yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu program.
g.      Konsep Brinkerhoff
Robert O.Brikerhoff (1987), mengemukakan 3 jenis evaluasi berdasarkan gabungan dari elemen yang sama:
1.      Fixed vs Emergent Evaluation Design,
Desain evaluasi fixed(tetap) harus direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program dilaksanakan. Sedangkan dalam evaluasi Emergen, tujuan evaluasi adalah untuk beradaptasi dengan situasi yang sedang berlansung dan berkembang, seperti menampung pendapat audiense, masalah-masalah, dan kegiatan program.
2.      Formative vs Summative Evaluation (Michael Scriven,1967)
Evaluasi Formative berfungsi untuk memperbaiki kurikulum, sedangkan Evaluasi Sumatif berfungsi untuk melihat kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
3.      Desain Eksperimental dan Desain Quasi Eksperimental vs Natural Inquiri
Desain Eksperimental banyak menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan mengukur dampak ayng bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu kurikulum, sedangkan Desain Evaluasi Natural-Inkuiri, evaluator banyak menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang yang terlibat.
h.        Konsep Illuminatif (Malcom Parlett dan Hamilton)
Konsep ini lebih menekankan pada evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Tujuan evaluasi adalah untuk menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya kelebihan dan kekurangan sistem dan pengaruh sistem terhapat pengalaman belajar peserta didik. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriftif dan interprestasi, bukan pengukuran dan prediksi.konsep ini lebih banyak menggunakan judgment(pertimbangan) yang hasilnya digunakan untuk penyempurnaan program.
i.        Konsep Responsif ( Responsive Konsep)
Konsep ini juga menekankan pada pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai pemberian makna atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Konsep ini kurang percaya terhadap hal-hal yang bersifat kuantitaif.
Kelebihan dari konsep ini adalah peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangannya yaitu:
a)      Pembuat keputusan sulit menentukan prioritas atau penyederhanaan informasi,
b)      Tidak mungkin menampung semua sudut pandang dari berbagai kelompok, dan
c)      Membutuhkan waktu dan tenaga, evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati
j.        Konsep Studi Kasus
Konsep ini memiliki beberapa karakteristik, antara lain:
a)      Terfokus pada kegiatan kurikulum di suatu sekolah, di kelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau guru.
b)      Tidak mempersoalkan tentang pemilihan sampel,
c)      Hasil evaluasi hanya berlaku pada tempat evaluasi itu dilakukan,
d)     Tidak ada generalisasi hasil evaluasi,
e)      Data yang dikumpulkan terutama data kualitatif, dan
f)       Adanya realitas yang tidak sepihak (multiple realities).
Langkah-langkah untuk menggunakan konsep ini adalah mendekatkan dan mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang akan dievaluasi sehingga evaluator tidak kaku dalam mengumpulkan data. Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data terutama adalah observasi. Meskipun demikian evaluator juga dapat menggunakan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi untuk mengumpulkan data-data kualitatif. Hal yang terpenting bagi seorang evaluator adalah instrumen yang dikembangkan harus bersumber dari masalah-masalah yang timbul dari hasil survei di lapangan dengan bentuk pertanyaan terbuka.
Keberhasilan suatu evaluasi kurikulum secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada sebuah konsep/model evaluasi, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain:
    Pertama, tujuan kurikulum, baik tujuan umum ataupun tujuan khusus. Seringkali kedua tujuan kurikulum ini saling bertentangan satu sama lain yang dilihat dari kebutuhan dan komponen-komponen kurikulum lainnya. Bahkan seorang evaluator memiliki tujuan sendiri-sendiri. Semua itu harus dapt dipertimbangkan agar terdapat keseimbangan dan keserasian.
     Kedua,  sistem sekolah. Mengingat kompleksnya sistem sekolah, maka fungsi sekolah menjadi ganda. Di satu pihak sekolah ingin mewariskan kebudayaan masa lampau dengan sistem norma, nilai, dan adat yang dianggap terbaik untuk generasi muda. Di pihak lain, sekolah berkewajiban mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan, memperoleh  keterampilan dan kemampuan untuk berinovasi, bahkan menghasilkan perubahan. Maka dari hal tersebut peranan evaluasi menjadi sangat penting untuk melihat dan memprtimbangkan hal-hal apa yang perlu diberikan di sekolah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata pelajaran sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan oleh guru-guru di sekolah, sehingga timbul masalah lainnya yaitu teknik evaluasi apa yang akan digunakan untu kmencapai tujuan itu.
     Ketiga, program pembinaan. Banyak program pembinaan yang belum menyentuh secara lansung tentang evaluasi. program pembinaan guru, misalnya, lebih difokuskan pada pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran. Hal itu yang menyebabkan perbaikan sistem evaluasi kurikulum menjadi kurang efektif. Guru juga sering dihadapakan dengan beragam kegiatan, seperti membuat persiapan mengajar, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, penyesuaian diri, dan kegiatan lainnya. Artinya, bagaimana mungkin kualitas sistem evaluasi kurikulum di sekolah dapat ditingkatkan, apabila fokus pembinaan guru hanya menyentuh domain-domain tertentu saja, ditambah lagi dengan kesibukan-kesibukan guru diluar tugas pokoknya sebagai pengajar.
E.     APLIKASI BERBAGAI JENIS EVALUASI SERTA FUNGSI DARI SETIAP EVALUASI DALAM KURIKULUM
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Jika seseorang ingin memahami dan mngembangkan kurikulum, maka dia wajib mempelajari tentang evaluasi karena evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum. Evaluasi merupakan bagian terpenting dari kurikulum. Bagaimana mungkin suatu kurikulum dapat diketahui efektifitasnya bila tidak dilakukan evaluasi.
Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program, maka jenis evaluasi kurikulum dapat dibagi menjadi lima jenis.[7]
a.       Evaluasi Perencanaan dan Pengembangan
Hasil evaluasi ini berfungsi untuk mendesain kurikulum. Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan. Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan dikembangkan.
b.      Evaluasi Monitoring
Evaluasi ini berfungsi untuk memriksa apakah kurikulum mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat dihindarkan.
c.       Evaluasi Dampak
Evaluasi ini berfungsi untuk mengetahui dampak yang ditimbulkan oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.
d.      Evaluasi Efisiensi-Ekonomis
Evaluasi ini berfungsi untuk menilai tingkat efisiensi kurikulum. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki tujuan yang sama.

e.       Evaluasi Program Komprehensif
Evaluasi ini berfungsi untuk menilai kurikulum secara menyeluruh, mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta tingkat keefektifan dan efisiensi.


BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN

       Pada dasarnya proses evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengevaluasi sejauh mana program-program pembelajaran telah terealisasikan dalam pembelajaran yang telah dikembangkan Guru atau belum. Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk mengadakan perbaikan. oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada pengembangan kurikulum, evaluasi pada kurikulum tersubut sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki dan menambahkan aspek-aspek pada kurikulum. Setiap kurikulum pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya baik disisi pendidik maupun disisi pesrta didik. Kelebihan yang ada pada suatu kurikulum dapat terus dipakai dan dikembangkan, sedangkan kekurangan yang ada harus dirombak dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Evaluasi tidak betujuan untuk memberikan penilaian yang negatif dan hanya bersifat mengoreksi saja, tetapi evaluasi juga memberikan penilaian yang positif dan memberikan masukan-masukan yang membangun untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.


DAFTAR FUSTAKA

Abdurahman dan Elya Ratna.(2003). Evaluasi Pembelajaran dan Sastra Indonesia. Padang: FBSS UNP.
Arifin,Zainal.(2011). Konsep dan Model Pengembangan kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik,Oemar.(2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Hamalik,Oemar.(2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara




[1] Hamalik, Oemar.(2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta: Bumi Aksara. Hal: 210.
[2] Abdurahman dan Elya Ratna.(2003). Evaluasi pembelajaran dan Sastra Indonesia. Padang: FBSS UNP. Hal:14.
[3] Arifin, Zainal.(2011).Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal: 263-268.
[4] Hamalik, Oemar.(2007).Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hal: 253.
[5] Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.Hal.268.
[6] Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.281-292.
[7] Arifin, Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal.274.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar