SISTEM
EVALUASI KURIKULUM
Tugas
Makalah ini Dibuat dalam Rangka Pemenuhan Tugas Mingguan
Pada
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum
DOSEN PEMBINA
Moh. Zaini, S.Pd., M.Pd
Nama Anggota Kelompok
Notes:
Nkp : Nilai
Kemampuan Personal
Nikel : Nilai
Kelompok
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN
KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN BUDI
UTOMO MALANG
2013
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.
Latar
Belakang Masalah
Kurikulum merupakan rancangan pedidikan
yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi peserta didik di
sekolah.
Setelah berjalannya kurikulum di sekolah
maka adanya evaluasi kurikulum pada akhirnya. Evaluasi kurikulum memegang
perenan penting baik dalam penetuan kebijaksanaan pedidikan pada umumnya,
maupun pada pengambilan keputusan dalam kurikulum. Evaluasi kurikulum sukar
dirumuskan secara tegas, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor:
a) Evaluasi kurikulum berkenaan dengan
fenomena-fenomena yang terus berubah.
b) Objek evaluasi kurikulum adalah
sesuatu yang berubah-ubah sesuai dengan konsep kurikulum yang digunakan.
c) Evaluasi kurikulum merupakan suatu
usaha yang dilakukan oleh manusia yang sifatnya juga berubah.
Perubahan dalam kurikulum
berpengaruh pada evaluasi kurikulum, sebaliknya perubahan evaluasi akan memberi
warna pada pelaksanaan kurikulum. Hubungan antara evaluasi dengan kurikulum
bersifat organis, dan prosesnya berlangsung secara evolusioner. Evaluasi juga
meliputi rentangan yang cukup luas, mulai dari yang bersifat sangat informal
sampai dengan yang sangat formal. Pada tingkat yang sangat informal evaluasi
kurikulum berbentuk perkiraan, dugaan atau pendapat tentang perubahan-perubahan
yang telah dicapai oleh program sekolah. Sedangkan pada tingkat yang sangat
formal berbentuk pengukuran berbagai bentuk kemajuan ke arah tujuan yang telah
ditentukan. sistem evaluasi kurikulum bukan hanya mengevaluasi hasil belajar
peserta didik dan proses pembelajarannya, tetapi juga desain dan implementasi
kurikulum dan kemampuan pendidik, kemampuan dan kemajuan peserta didik,
fasilitas dan sumber-sumber belajar dan lain-lain.
2.
Rumusan
Masalah
Sistem evaluasi kurikulum
a)
Evaluasi Kurikulum dan Pembelajaran
b)
Pengertian Evaluasi Dalam Kurikulum
c)
Tujuan Evaluasi dalam Kurikulum
d)
Konsep evaluasi dalam kurikulum
e) Aplikasi
berbagai jenis evaluasi serta fungsi dari setiap evaluasi dalam kurikulum.
BAB II
PEMBAHASAN
SISTEM
EVALUASI KURIKULUM
A.
EVALUASI
KURIKULUM DAN PEMBELAJARAN
Evaluasi
kurikulum dapat menyajikan bahan informasi mengenai area – area kelemahan
kurikulum sehingga dari hasil evaluasi dapat dilakukan proses perbaikan menuju
yang lebih baik. Evaluasi ini dikenal dengan evaluasi formatif. Evaluasi ini
biasanya dilakukan waktu proses berjalannya kurikulum. Evaluasi kurikulum juga
dapat menilai kebaikan kurikulum apakah kurikulum tersebut masih tetap
dilaksanakan atau tidak, yang dikenal evaluasi sumatif.
Menurut Oemar Hamalik(2008)[1],
evaluasi merupakan suatu proses berkelanjutan tentang pengumpulan dan
penafsiran informasi untuk menilai keputusan-keputusan yang dibuat dalam
merancang suatu sistem pengajaran.
Rumusan
ini memiliki tiga implikasi:
1.
Evaluasi
ialah suatu proses yang terus-menerus, bukan hanya pada akhir pengajaran tetapi
dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya
pengajaran.
2.
Proses
evaluasi senantiasa diarahkan ke tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan
jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3.
Evaluasi
menuntut penggunaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk mengumpulkan
informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan. Evaluasi juga merupakan
kegiatan mengukur dan menilai (Arikunto, 1993). Mengukur ialah kegiatan
membandingkan sesuatu dengan satu ukuran, sedangkan menilai ialah mengambil
sebuah keputusan terhadap sesuatu dengan ukuran baik atau buruk.
Sedangkan
menurut Abdurahman dan Elya Ratna(2003)[2],
ketiga istilah itu jika dihubungkan dengan konsep pembelajaran dapat diartikan
sebagai berikut.
1.
Evaluasi
adalah kegiatan untuk memperoleh informasi tentang hasil belajar, mengolah dan
menafsirkan informasi tersebut dengan menggunakan tolak ukur tertentu.
2.
Pengukuran
adalah kegiatan untuk memperoleh informasi yang berupa angka mengenai kemampuan
siswa pada periode tertentu dengan menggunakan alat ukur yang objektif atau
subjektif untuk keperluan analisis dan menafsirkan.
3.
Penilaian
adalah kegiatan mengolah dan menafsirkan skor yeng diperoleh melalui pengukuran
dengan menggunakan kriteria tertentu.
Penulis setuju dengan
pentingnya dilakukan evaluasi kurikulum. Evaluasi kurikulum dapat menyajikan
informasi mengenai kesesuaian, efektifitas dan efisiensi kurikulum tersebut
terhadap tujuan yang ingin dicapai dan penggunaan sumber daya, yang mana
informasi ini sangat berguna sebagai bahan pembuat keputusan apakah kurikulum
tersebut masih dijalankan tetapi perlu revisi atau kurikulum tersebut harus
diganti dengan kurikulum yang baru. Evaluasi kurikulum juga penting dilakukan
dalam rangka penyesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan, kemajuan
teknologi dan kebutuhan pasar yang berubah.
B. PENGERTIAN
EVALUASI DALAM KURIKULUM
Evaluasi kurikulum adalah penelitian
yang sistematik tentang manfaat, kesesuaian efektifitas dan efisiensi dari
kurikulum yang diterapkan. Atau evaluasi kurikulum adalah proses penerapan
prosedur ilmiah untuk mengumpulkan data yang valid dan reliable untuk membuat
keputusan tentang kurikulum yang sedang berjalan atau telah dijalankan. Dengan
demikian, pengertian evaluasi kurikulum adalah suatu tindakan pengendalian,
penjaminan, dan penetapan mutu kurikulum, berdasarkan pertimbangan dan kriteria
tertentu, sabagai bentuk akuntabilitas pengembangan kurikulum dalam rangka
menentukan keefektifan kurikulum. Evaluasi kurikulum ini dapat mencakup
keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan,
isi, atau metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut. Secara
sederhana evaluasi kurikulum dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi
kurikulum menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah
dan metode penelitian. Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada
tujuannya. Evaluasi bertujuan untuk menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan
data untuk bahan penentuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan direvisi
atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki tujuan yang lebih luas dari
evaluasi yaitu menggumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk menguji
teori atau membuat teori baru.
Dalam pengembangan kurikulum menurut
Zainal Arifin (2011)[3],
evaluasi kurikulum merupakan salah satu komponen penting dan merupakan tahap
yang harus ditempuh oleh guru untuk mengetahui keefektifan kurikulum. Hasil
yang diperoleh dapat dijadikan balikan (feed-back)
bagi guru dalam memperbaiki dan menyempurnakan kurikulum. Di sekolah, kita
sering mendengar bahwa guru sering memberikan ulangan harian, ujian akhir
semester, ujian blok, tes tertulis, tes lisan, tes tindakan, dan sebagainya.
Istilah-istilah ini pada dasarnya merupakan bagian dari sistem evaluasi itu
sendiri. Sebelum penulis menjelaskan lebih jauh tentang apa, mengapa, dan
bagaimana evaluasi, terlebih dahulu mari kita simak beberapa pengertian istilah
berikut ini, yaitu tes, pengukuran, penilaian, dan evaluasi.
1.
Tes
Menurut Gilbert Sax(1980) tes merupaskan suatu rangkaian tugas. Isitlah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap seseorang.
Menurut Gilbert Sax(1980) tes merupaskan suatu rangkaian tugas. Isitlah tugas dapat berbentuk soal atau perintah/suruhan lain yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Hasil kuantitatif ataupun kualitatif dari pelaksanaan tugas itu digunakan untuk menarik kesimpulan-kesimpulan tertentu terhadap seseorang.
2.
Pengukuran
Menurut Conny Semiawan S.(1986), istilah pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Dalam kegiatan pengukuran tersebut tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psiokologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.
Menurut Conny Semiawan S.(1986), istilah pengukuran dapat diartikan sebagai suatu proses atau kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Dalam kegiatan pengukuran tersebut tentu harus menggunakan alat ukur. Alat ukur tersebut harus standar, yaitu memiliki derajat validitas dan reabilitas yang tinggi. Dalam bidang pendidikan, psiokologi, maupun variabel-variabel sosial lainnya, kegiatan pengukuran biasanya menggunakan tes.
3.
Penilaian
Menurut Anthony J.Nitko(1996)
menjelaskan penilaian adalah suatu proses pengumpulan informasi yang digunakan
untuk membuat keputusan-keputusan tentang peserta didik, kurikulum, program,
dan kebijakan pendidikan.
4.
Evaluasi
Menurut Guba dan Lincoln (1985), menekankan definisi evaluasi adalah suatu tindakan pengadilan, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan
Menurut Guba dan Lincoln (1985), menekankan definisi evaluasi adalah suatu tindakan pengadilan, penjaminan dan penetapan mutu terhadap suatu sistem, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggaraan kegiatan dalam rangka membuat suatu keputusan
Sedangkan
menurut Oemar Hamalik (2007) [4],
Banyak para ahli yang telah menyumbangkan buah pemikirannya tentang evaluasi
kurikulum, antara lain Stephen Wiseman dan Douglas Pidgeson dalam bukunya
Curriculum Evaluation. Menurut Morrison, evaluasi kurikulum merupakan perbuatan
pertimbangan berdasarkan seperangkat kriteria yang disepakati dan dapat
dipertanggung jawabkan. Dalam buku The School Curriculum, evaluasi dinyatakan
sebagai suatu proses pengumpulan dan analisi data secara sistematis, yang bertujuan
untuk membantu pendidik memahami dan menilai suatu kurikulum, serta memperbaiki
motode pendidikan. Evaluasi merupakan suatu kegiatan untuk mengetahui atau
memutuskan apakah program yang telah ditentukan sesuai dengan tujuan semula. Dalam
konteks sistem kurikulum istilah yang tepat digunakan adalah evaluasi, yaitu
evaluasi kurikulum. Adapun dalam buku curriculum Planing and Development,
dinyatakan bahwa sistem evaluasi kurikulum adalah proses untuk menilai kinerja
pelaksanaan suatu kurikulum. Didalamnya terdapat tiga makna yaitu:
a) Evaluasi
tidak akan terjadi kecuali telah mengetahui tujuan yang ingi dicapai;
b) Untuk
mencapai tujuan tersebut harus diperiksa hal-hal yang telah dan sedang
dilaksanakan; dan
c) Evaluasi
harus mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria tertentu.
C. TUJUAN
EVALUASI DALAM KURIKULUM
Tujuan
evaluasi kurikulum mecakup dua hal yaitu : pertama, evaluasi digunakan untuk
menilai efektifitas program. Kedua, evaluasi dapat digunakan sebagai alat bantu
dalam pelaksanaan kurikulum (pembelajaran).
Tujuan
dari evaluasi kurikulum adalah penyempurnaan kurikulum dengan jalan
mengungkapkan proses plaksanaan kurikulum yang telah berhasil mencapai tujuan
yang telah ditetapkan, dan
untuk mengetahui keefektifan dan efisiensi sistem kurikulum,baik yang menyangkut
tentang tujuan, isi/materi ,strategi, media, sumber belajar, lingkungan maupun
sistem penilaian itu sendiri.
Menurut Zainal Arifin (2011)[5],
dalam kegiatan evaluasi, guru harus memahami terlebih dahulu tentang tujuan
evaluasi. Bila tidak, guru akan mengalami kesulitan merencanakan dan
melaksanakan evaluasi.
1.
Menentukan
efektivitas suatu kurikulum/program pembelajaran.
2.
Menentukan
keunggulan dan kelemahan kurikulum/program pembelajaran.
3.
Menentukan
tingkat keberhasilan pencapaian hasil belajar peserta didik.
4.
Menentukan
masukan untuk memperbaiki program.
5.
Mendeskripsikan
kondisi pelaksanaan kurikulum.
6.
Menetapkan
keterkaitan antar komponen kurikulum.
Evaluasi
banyak digunakan dalam berbagai bidang dan kegiatan. Setiap bidang atau
kegiatan mempunyai tujuan evaluasi yang berbeda yaitu dalam kegiatan bimbingan,
kegiatan supervisi, dan kegiatan seleksi.
a)
Dalam
kegiatan bimbingan, misalnya, tujuan evaluasi adalah untuk memperoleh informasi
secara menyeluruh mengenai karakteristik peserta didik sehingga dapat diberikan
bimbingan dengan sebaik-baiknya.
b)
Dalam
kegiatan supervisi, tujuan evaluasi yaitu untuk menentukan keadaan suatu
situasi pendidikan atau pembelajaran sehingga dapat diusahakan langkah-langkah
perbaikan untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah.
c)
Dalam
kegiatan seleksi, tujuan evaluasi yaitu untuk mengetahui tingkat pengetahuan
keterampilan,sikap dan nilai-nilai dari test untuk jenis pekerjaan atau jabatan
tertentu.
Dengan demikian, kedudukan evaluasi dapat dilihat sebagai
salah satu komponen penting dalam sistem kurikulum bahkan sebagai satu prinsip
rikulum.
D. KONSEP
EVALUASI DALAM KURIKULUM
Konsep dasar evaluasi yang harus
dikuasai oleh pendidik (guru) ataupun calon pendidik (calon guru) adalah
pengertian dasar tentang evaluasi, tujuan evaluasi, karakteristik
evaluasi, teknik-teknik evaluasi, dan terakhir macam-macam alat evaluasi. Tanpa
mengetahui konsep dasar evaluasi seorang pendidik (guru) tidak akan dapat
menyusun suatu alat evaluasi. Untuk itu diperlukan pemahaman yang mendasar
tentang konsep dasar evaluasi.
Dalam studi tentang evaluasi, banyak
sekali dijumpai konsep-konsep evaluasi dengan format atau sistematika yang
berbeda, sekalipun dalam beberapa konsep ada juga yang sama. Zainal Arifin
(2009) mengelompokkan sepuluh konsep evaluasi yaitu:[6]
a. Konsep
Tyler (Tyler Konsep)
Konsep ini dibangun atas dua dasar
pemikiran. Pertama, evaluasi
ditujukan pada tingkah laku pesrta didik. Kedua,
evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum
melaksanakan kurikulum dan sesudah melaksanakan kurikulum (hasil). Dasar
pemikiran yang kedua ini menunjukkan bahwa seseorang evaluator kurikulum harus
dapat menetukan perubahan tingkah laku peserta didik mengikuti pengalaman belajar
dan menegaskan bahwa yang terjadi merupakan perubahan yang disebabkan oleh
kegiatan kurikulum. Konsep tyler disebut juga konsep black box, karena konsep
ini sangat menekankan adanya tes awal (pre-test) dan tes akhir (post-test).
Dimensi proses ini dianggap sebagai “kotak hitam” yang menyimpan segala teka
teki. Konsep tyler memerlukan informasi perubahan tingkah laku terutama pada
saat sebelum dan sesudah terjadinya pelaksanaan kurikulum.
b. Konsep
Yang Berorientasi Pada Tujuan (Goal Oriented Evaluation Konsep)
Konsep ini dianggap lebih praktis
untuk mendesain dan mengembangankan suatu kurikulum karena menentukan hasil
yang diinginkan dengan rumusan yang dapat diukur (logis antara kegiatan, hasil,
dan prosedur pengukuran hasil). Konsep ini dapat membantu guru menjelaskan
rencana pelaksanaan kegiatan suatu vkurikulum dengan proses penyampaian tujuan
dan instrumen yang digunakan bergantung pada tujuan yang ingin di ukur. Hasil
hasil evaluasi akan menggambarkan tingkat keberhasilan kurikulum berdasarkan
kriteria tertentu. Kelebihan model ini terletak pada hubungan antara tujuan dan
kegiatan dan menekankan pada peserta didik
sebagai aspek penting dalam kurikulum.
Kekurangannya adalah memungkinkan
terjadinya proses evaluasi melebihi konsekuensi yang tidak diharapakan.
c. Konsep
Pengukuran (R.Thorndike Dan R.L.Ebel)
Dalam pengembangan kurikulum, model
ini telah diterapkan untuk mengungkap perbedaan-perbedaan individual maupun
kelompok dalam hal kemampuan, minat, dan sikap. Hasil evaluasi digunakan untuk
keperluan seleksi peserta didik, bimbingan, dan perencanaan pendidikan. Objek
evaluasi dalam model ini adalah tingkah laku peserta didik, yang mencakup hasil
belajar(kognitif), pembawaan, sikap, minat, bakat, dan juga aspek kepribadian
peserta didik. Instrumen yang biasa dilakukan adalah tes tertulis dalam bentuk
tes objektif, yang cenderung dibakukan.
d. Konsep
Kesesuaian (Ralph W.Tyler, John B.Carrol, Leen J. Cronbach
Konsep ini memandang evaluasi
sebagai suatu kegiatan untuk melihat kesesuaian (congruence) antara tujuan
dengan hasil belajar yang telah dicapai. Hasil evaluasi digunakan untuk
menyempurnakan sistem bimbingan peserta didik dan untuk memberikan informasi
kepada pihak yang memerlukan. Tekhnik evaluasi yang digunakan tidak hanya tes
(tulisan, lisan, dan perbuatan) tetapi juga non-test (observasi, wawancara,
skala sikap). Konsep evaluasi ini memerlukan informasi perubahan tingkah laku
pada dua tahap yaitu sebelum dan sesudah kegiatan pembelajaran. Berdasarkan
konsep ini maka guru perlu melakukan pre and post-test. Model ini menekankan
pada pendekatan penilaian acuan patokan.
e. Konsep
Evaluasi Sistem Pendidikan (Education System Evaluation Konsep)
Tokoh konsep ini Daniel
L.Stufflebeam, Michael Scriven, Robert E.Stake, dan Malcolm M.Provus. Menurut
pandangan mereka, evaluasi berarti membandingkan performance dari berbagai
dimensi (tidak hanya dimensi hasil saja) dengan sejumlah kriteria, baik yang
bersifat mutlak/intern maupun relatif/ekstern. Konsep ini menekankan sistem
sebagai suatu keseluruhan. Konsep ini
menitikberatkan evaluasi pada dua hal pokok, yaitu description dan
jedgement. Dalam konsep ini, evaluasi dilakukan dengan membandingkan antara
satu kurikulum dengan kurikulum lain yang dianggap standar. Proses evaluasi
tidak hanya berakhir dengan satu description mengenai keadaan sistem sistem
kurikulum, tetapi harus sampai pada judgement sebagai kesimpulan dari evaluasi.
konsep ini menuntut agar hasil evaluasi digunakan sebagai masukan untuk membuat
keputusan dalam rangka penyempurnaan sistem kurikulum secara keseluruhan.
f. Konsep
Alkin (Marvin Alkin, 1969)
Menurut Alkin, evaluasi adalah suatu
proses untuk meyakinkan keputusan, mengumpulkan
informasi sehingga dapat disusun laporan bagi pembuat keputusan dalam memilih
beberapa alternatif. Memilih informasi yang tepat dan menganalisis informasi.
Alkin mengemukakan ada 5 jenis evaluasi yaitu:
1.
Sistem
assessment, yaitu untuk memberikan informasi tentang keadaan atau posisi dari
suatu sistem.
2.
Program
planning yaitu untuk membantu pemilihan program tertentu yang mungkin akan
berhasil memenuhi kebutuhan program.
3.
Program
implementation yaitu menyiapkan informasi apakah suatu program sudah
diperkenalkan pada kelompok tertentu yang tepat sebagaimana yang direncanakan.
4.
Program
improvement yaitu memberikan informasi tentang bagaimana suatu program dapat
berfungsi, bekerja atau berjalan.
5.
Program
certification yaitu memberikan informasi tentang nilai atau manfaat suatu
program.
g. Konsep
Brinkerhoff
Robert O.Brikerhoff (1987),
mengemukakan 3 jenis evaluasi berdasarkan gabungan dari elemen yang sama:
1.
Fixed
vs Emergent Evaluation Design,
Desain evaluasi fixed(tetap) harus
direncanakan dan disusun secara sistematik-terstruktur sebelum program
dilaksanakan. Sedangkan dalam evaluasi Emergen, tujuan evaluasi adalah untuk
beradaptasi dengan situasi yang sedang berlansung dan berkembang, seperti
menampung pendapat audiense, masalah-masalah, dan kegiatan program.
2.
Formative
vs Summative Evaluation (Michael
Scriven,1967)
Evaluasi Formative berfungsi untuk
memperbaiki kurikulum, sedangkan Evaluasi Sumatif berfungsi untuk melihat
kemanfaatan kurikulum secara menyeluruh.
3.
Desain
Eksperimental dan Desain Quasi Eksperimental vs Natural Inquiri
Desain Eksperimental banyak
menggunakan pendekatan kuantitatif, random sampling, memberikan perlakuan, dan
mengukur dampak ayng bertujuan untuk menilai manfaat hasil percobaan dari suatu
kurikulum, sedangkan Desain Evaluasi Natural-Inkuiri, evaluator banyak
menghabiskan waktu untuk melakukan pengamatan dan wawancara dengan orang-orang
yang terlibat.
h.
Konsep Illuminatif (Malcom Parlett
dan Hamilton)
Konsep ini lebih menekankan pada
evaluasi kualitatif-terbuka (open-ended). Tujuan evaluasi adalah untuk
menganalisis pelaksanaan sistem, faktor-faktor yang mempengaruhinya kelebihan
dan kekurangan sistem dan pengaruh sistem terhapat pengalaman belajar peserta
didik. Hasil evaluasi lebih bersifat deskriftif dan interprestasi, bukan
pengukuran dan prediksi.konsep ini lebih banyak menggunakan
judgment(pertimbangan) yang hasilnya digunakan untuk penyempurnaan program.
i.
Konsep Responsif ( Responsive
Konsep)
Konsep ini juga menekankan pada
pendekatan kualitatif-naturalistik. Evaluasi diartikan sebagai pemberian makna
atau melukiskan sebuah realitas dari berbagai perspektif orang-orang yang
terlibat, berminat dan berkepentingan dengan program. Konsep ini kurang percaya
terhadap hal-hal yang bersifat kuantitaif.
Kelebihan dari konsep ini adalah
peka terhadap berbagai pandangan dan kemampuannya mengakomodasikan pendapat
yang ambisius serta tidak fokus, sedangkan kekurangannya yaitu:
a) Pembuat keputusan sulit menentukan
prioritas atau penyederhanaan informasi,
b) Tidak mungkin menampung semua sudut
pandang dari berbagai kelompok, dan
c) Membutuhkan waktu dan tenaga,
evaluator harus dapat beradaptasi dengan lingkungan yang diamati
j.
Konsep Studi Kasus
Konsep ini memiliki beberapa
karakteristik, antara lain:
a) Terfokus pada kegiatan kurikulum di
suatu sekolah, di kelas atau bahkan hanya kepada seorang kepala sekolah atau
guru.
b) Tidak mempersoalkan tentang
pemilihan sampel,
c) Hasil evaluasi hanya berlaku pada
tempat evaluasi itu dilakukan,
d) Tidak ada generalisasi hasil
evaluasi,
e) Data yang dikumpulkan terutama data
kualitatif, dan
f) Adanya realitas yang tidak sepihak (multiple realities).
Langkah-langkah untuk menggunakan konsep ini adalah
mendekatkan dan mengakrabkan dirinya terhadap kurikulum yang akan dievaluasi
sehingga evaluator tidak kaku dalam mengumpulkan data. Teknik yang digunakan
untuk mengumpulkan data terutama adalah observasi. Meskipun demikian evaluator
juga dapat menggunakan wawancara, kuesioner, dan dokumentasi untuk mengumpulkan
data-data kualitatif. Hal yang terpenting bagi seorang evaluator adalah
instrumen yang dikembangkan harus bersumber dari masalah-masalah yang timbul
dari hasil survei di lapangan dengan bentuk pertanyaan terbuka.
Keberhasilan suatu evaluasi
kurikulum secara keseluruhan bukan hanya dipengaruhi penggunaan yang tepat pada
sebuah konsep/model evaluasi, melainkan juga dipengaruhi oleh beberapa faktor,
antara lain:
Pertama, tujuan kurikulum, baik tujuan umum ataupun tujuan khusus.
Seringkali kedua tujuan kurikulum ini saling bertentangan satu sama lain yang
dilihat dari kebutuhan dan komponen-komponen kurikulum lainnya. Bahkan seorang
evaluator memiliki tujuan sendiri-sendiri. Semua itu harus dapt dipertimbangkan
agar terdapat keseimbangan dan keserasian.
Kedua, sistem sekolah.
Mengingat kompleksnya sistem sekolah, maka fungsi sekolah menjadi ganda. Di
satu pihak sekolah ingin mewariskan kebudayaan masa lampau dengan sistem norma,
nilai, dan adat yang dianggap terbaik untuk generasi muda. Di pihak lain,
sekolah berkewajiban mempersiapkan peserta didik menghadapi masa depan,
memperoleh keterampilan dan kemampuan
untuk berinovasi, bahkan menghasilkan perubahan. Maka dari hal tersebut peranan
evaluasi menjadi sangat penting untuk melihat dan memprtimbangkan hal-hal apa
yang perlu diberikan di sekolah. Begitu juga bentuk kurikulum dan silabus mata
pelajaran sangat bergantung pada evaluasi yang dilaksanakan oleh guru-guru di
sekolah, sehingga timbul masalah lainnya yaitu teknik evaluasi apa yang akan
digunakan untu kmencapai tujuan itu.
Ketiga, program pembinaan. Banyak program pembinaan yang belum
menyentuh secara lansung tentang evaluasi. program pembinaan guru, misalnya,
lebih difokuskan pada pengembangan kurikulum dan metode pembelajaran. Hal itu
yang menyebabkan perbaikan sistem evaluasi kurikulum menjadi kurang efektif.
Guru juga sering dihadapakan dengan beragam kegiatan, seperti membuat persiapan
mengajar, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler, penyesuaian diri, dan kegiatan
lainnya. Artinya, bagaimana mungkin kualitas sistem evaluasi kurikulum di
sekolah dapat ditingkatkan, apabila fokus pembinaan guru hanya menyentuh
domain-domain tertentu saja, ditambah lagi dengan kesibukan-kesibukan guru
diluar tugas pokoknya sebagai pengajar.
E.
APLIKASI BERBAGAI JENIS EVALUASI SERTA FUNGSI DARI SETIAP EVALUASI DALAM
KURIKULUM
Dilihat dari berbagai konsep kurikulum, maka evaluasi
mempunyai kedudukan yang sangat penting dan strategis. Jika seseorang ingin
memahami dan mngembangkan kurikulum, maka dia wajib mempelajari tentang evaluasi
karena evaluasi merupakan konsep yang melekat pada kurikulum. Evaluasi
merupakan bagian terpenting dari kurikulum. Bagaimana mungkin suatu kurikulum
dapat diketahui efektifitasnya bila tidak dilakukan evaluasi.
Dilihat dari kurikulum sebagai suatu program, maka jenis evaluasi kurikulum
dapat dibagi menjadi lima jenis.[7]
a. Evaluasi Perencanaan dan Pengembangan
Hasil evaluasi ini berfungsi untuk mendesain kurikulum.
Sasaran utamanya adalah memberikan bantuan tahap awal dalam penyusunan
kurikulum. Persoalan yang disoroti menyangkut tentang kelayakan dan kebutuhan.
Hasil evaluasi ini dapat meramalkan kemungkinan implementasi kurikulum serta
keberhasilannya. Pelaksanaan evaluasi dilakukan sebelum kurikulum disusun dan
dikembangkan.
b. Evaluasi Monitoring
Evaluasi ini berfungsi untuk memriksa apakah kurikulum
mencapai sasaran secara efektif, dan apakah kurikulum terlaksana sebagaimana
mestinya. Hasil evaluasi ini sangat baik untuk mengetahui kemungkinan
pemborosan sumber-sumber dan waktu pelaksanaan, sehingga dapat dihindarkan.
c. Evaluasi Dampak
Evaluasi ini berfungsi untuk mengetahui dampak yang
ditimbulkan oleh suatu kurikulum. Dampak ini dapat diukur berdasarkan kriteria
keberhasilan sebagai indikator ketercapaian tujuan kurikulum.
d. Evaluasi Efisiensi-Ekonomis
Evaluasi ini berfungsi untuk menilai tingkat efisiensi
kurikulum. Untuk itu, diperlukan perbandingan antara jumlah biaya, tenaga dan
waktu yang diperlukan dalam kurikulum dengan kurikulum lainnya yang memiliki
tujuan yang sama.
e. Evaluasi Program Komprehensif
Evaluasi ini berfungsi untuk menilai kurikulum secara
menyeluruh, mulai dari perencanaan, pengembangan, implementasi, dampak, serta
tingkat keefektifan dan efisiensi.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Pada dasarnya proses evaluasi kurikulum ditunjukan untuk mengevaluasi sejauh mana program-program pembelajaran telah terealisasikan dalam pembelajaran yang telah dikembangkan Guru atau belum. Kegiatan evaluasi merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan oleh guru selama proses pembelajaran. Evaluasi dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa, selain untuk mengadakan perbaikan. oleh karena itu, kegiatan evaluasi hendaknya memperhatikan konsep dasar evaluasi yang berguna untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Pada pengembangan kurikulum, evaluasi pada kurikulum
tersubut sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki dan menambahkan aspek-aspek
pada kurikulum. Setiap kurikulum pasti mempunyai kelebihan dan kekurangannya baik
disisi pendidik maupun disisi pesrta didik. Kelebihan yang ada pada suatu
kurikulum dapat terus dipakai dan dikembangkan, sedangkan kekurangan yang ada
harus dirombak dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Evaluasi tidak
betujuan untuk memberikan penilaian yang negatif dan hanya bersifat mengoreksi
saja, tetapi evaluasi juga memberikan penilaian yang positif dan memberikan
masukan-masukan yang membangun untuk pengembangan kurikulum selanjutnya.
DAFTAR FUSTAKA
Abdurahman dan Elya Ratna.(2003). Evaluasi Pembelajaran dan Sastra
Indonesia. Padang: FBSS UNP.
Arifin,Zainal.(2011). Konsep dan Model Pengembangan kurikulum.Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Hamalik,Oemar.(2007). Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum.Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.
Hamalik,Oemar.(2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem.
Jakarta: Bumi Aksara
[1] Hamalik,
Oemar.(2008). Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Pendekatan Sistem. Jakarta:
Bumi Aksara. Hal: 210.
[2] Abdurahman
dan Elya Ratna.(2003). Evaluasi pembelajaran dan Sastra Indonesia. Padang: FBSS
UNP. Hal:14.
[3] Arifin, Zainal.(2011).Konsep
dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal: 263-268.
[4] Hamalik,
Oemar.(2007).Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.Hal: 253.
[5] Arifin,
Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya.Hal.268.
[6] Arifin,
Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal.281-292.
[7] Arifin,
Zainal. (2011). Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya. Hal.274.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar