Laman

Jumat, 11 Maret 2016

HARMONISASI TUJUAN DAN WATAK ASASI DALAM PERGERAKAN KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DI MASA KEKINIAN


HARMONISASI TUJUAN DAN WATAK ASASI DALAM PERGERAKAN KADER HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM (HMI) DI MASA KEKINIAN


Pasca era reformasi  1998, wajah baru muncul di permukaan bangsa indonesia dan memasuki babak baru dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita tercinta ini. Dinamika – dinamika pun  terjadi pada saat ini yang mempengaruhi pergerakan-pergerakan  pada mahasiswa di Indonesia. Ini merupakan tantangan pemuda untuk melakuakan hal- hal yang progresif dalam melangkah untuk membangun bangsa indonesia kedepan yang lebih baik dari sebelumnya. Runtuh nya rezim orde baru, soeharto memberi angin segar kepada pemuda- pemuda yang ingin melihat bangsa dan negara ini maju. Ini merupaka tonggak sejarah yang sangat besar bagi bangsa indonesia, yang menginginkan ‘ mengembaklikan bentuk lama yang dinggap lebih baik dari pada bentuk yang ada pada waktu sekarang’(mochtar buchori, indonesia mencari demokrasi,(Yogyakarta: Insist Press, 2005),hal.136)

Melihat kondisi yang ada diatas maka sudah saatnya kader himpunan mahasiswa islam(HMI) pada saat ini melakukan harmonisasi Tujuan dan watak asasi dalam pergerakan kader HMI dimasa sekarang dan akan datang. Hal ini bertujuan bahwa kader hmi dalam melakukan pergerakan- pergerakan harus memiliki jiwa yang visioner dan progresif sehingga dapat membawa bnagsa dan negara ini menjdi bangsa dan negara yang bernartabat, berdaulat, dan disegani oleh negara- negara lain.

HMI sebagai organisasi kader yang memiliki platform yang jelas sejak awal berdirinya HMI mempunyai dua komitmen asasi yang harus dipegang teguh oleh kader hmi. Dua komitmen asasi yang diemban oleh seorang kader yaitu: (1). Mempertahankan negara republik indonesia dan mempertinggi derajat bangsa indonesia, ini disebut komitmen Kebangsaan, dan (2). Menegakkan dan mengembangkan ajaran islam, dan ini dikenal sebagai wawasan ke-Islaman atau Keumatan. Dari dua wawasan tersebut dapat kita sebut dengan wawasan integralistik yaitu cara pandang yang utuh melihat bangsa indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan sebagai warga negara dan umat islam indonesia.

Cahaya yang menerngi seorang kader HMI dalam mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai warga negara dan umat islam , seperti yang telah disebutkan wawasan integralistik HMI, maka seoarang kader harus mampu dan paham dengan tujuan dan watak asasi hmi, adapun tujuan dari HMI yang terdapat pada pasal 4 angaran dasar HMI adalah “Terbinanya Insan Akademis, Pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”  dan seorang kader harus harus mampu mengejewantahkan watak asasi Kader HMI yang tertuang dalam bentuk :

a)      Cenderung kepada kebenaran

b)      Bebas, merdeka, dan terbuka

c)      Obyektif, rasional dan kritis

d)      Progresif dan dinamis

e)      Demokratis, jujur dan adil



Apabila seorang kader HMI sudah memiliki dan berpegang teguh pada  tujuan dan 5 watak asasi kader diatas sudah dipastikan bahwa progresitas kader akan mnjadi masif dalam melakukan pergerakan dan akan memiliki nilai jual yang tinggi bagi seorang kader dan organiasi ini sendiri yaitu HMI.

Maka tidak akan terjadinya stagnasi dalam pergerakan kader untuk membangun bangsa dan negara ini lebih baik, dikarenakan kader sudah mampu dan siap dalam menjawab tantangan tantangan yang ada pada bangsa dan negara indonesia ini.

Eksistensi seoarang kader di HMI bukan hanya dilihat pada saat ia mampu beretorika, berdebat, melakukan aksi atau sering berdemo tapi yang tak kalah pentingnya adalah bagaimana seoarang kader memberikan karya nyata dan aksi sosial kepada bangsa ini, hal ini dapat dilakukan dengan menulis ide-ide yang visioner, membuat catatan kecil, artikel serta kalo mampu membuat buku yang dapat dibagikan kepda masyarakat sekitar sehingga mayarakat tercerdaskan dengan karya nyata dari kader tersebut. Bentuk ini merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi seoarang kader HMI dan ini merupakan salah satu bukti nyata seorang kader yang mengimplementasikan dan mengamalkan tujuan dan watak asasi HMI.

Dengan mampunya seorang kader HMI dapat mengimplementasikan hal diatas berarti seaorang kader HMI sudah bisa mengharmonisasikan antara tujuan dan watak asasi HMI. Sehingga kader HMI masa sekarag dan akan datang mampu mebaca dan menanfgkap peluang- peluang yang ada disekitar kehidupanya dan peka terhadap permasalahan- permasalahan sosial yang menimpa mayarakat, bangsa dan negara tercinta ini.

Penulis punya keyakinan yang kuat dan sangat optimis apabila seorang kader HMI mampu berharmonisasi dengan tujuan dan watak asasi HMI maka sudah selayaknya hmi akan selalu berkibar hingga akhir masa dan membawa kader kearah intelektual yang profesional dan visioner.

Mengutip perkataan bung karno presiden pertama republik indonesia yang mengatakan” beri aku 1000 orang tua niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, beri aku 10 pemuda niscaya akan ku guncang dunia”( Majalah Nusantara edisi september-oktober:54).

Kutipan diatas mungkin tidak asing lagi di telinga kita, tapi jarang dari kader HMI untuk menelaah secara mendalam makna yang tersirat dari pesan tersebut.  Dengan menggugahnya bahasa pidato yang disampaikan bung karno tersebut membuat negara diseantero dunia menakuti dan  bangsa indonesia ini pada waktu iyu, api semnagat yang menggelora itu memberikan angisn segar bagi bangsa indonesia pada saat itu untuk menetang penindasan dan penjajahan di negara indonesia ini.

Lalu yang harus diingat oleh kader HMI adalah bagaimana mnumbuhkan rasa cinta akan kebangsaan dan mampu dalam mengawal bangsa dan negara ini untuk berbenah serta melakukan hal- hal yang bermanfaat yang dapat dirasakan oleh semua lapisan masyarakat, bangsa dan negara. Maka dari itu seorang kader HMI dalam melamgkah harus didasari kebenaran dan keyainan yang kuat agar tidak keluar dari koridor yang terdapat  pada watak asasi dan tujuan hmi tersebut.

Penulis mengajak semua kader HMI dari sekarang dan akan datang marilah kita tetap solidkan persekawanan dalam berorganisasi serta meningkatkan dan mengembang kan etika dalam berorganisasi di HMI, apa bila hal ini telah kita lakukan maka siapa pun akan segan terhadap kader HMI. Melangkahlah sesuai dengan petunjuk-Nya dan ikutilah petunjuk-Nya maka akan kita raih kemenangan yang sesungguhnya. Akhir kata untuk kawan semuanya tetap lah pada Jalan Yang Lurus. Amiin.YAKUSA.

“ Segala kebenaran maunya diketahui dan dinyatakan, dan juga dibenarkan, kebenran itu sendiri tidak perlu akan itukarena ialah yang menunjukkan, dan apa yang diakui benar dan harus berlaku”(Paul Natorp)





Sumber referensi penulis:

1.      Buletin parlemantaria

2.      Majalah nusantara

3.      Buku alam pikiran yunani

4.      Buku panduan LK-1 Hmi komisariat ikip budi utomo.

Harmonisasi Tujuan dan Watak Asasi dalam Pergerakkan Kader HMIharmonisasi tujuan dan watak asasi dalam pergerakan kader HMI

Jumat, 20 Maret 2015

RUMUSAN PENGERTIAN, TUJUAN, LANDASAN, PRINSIP, DAN PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN

RUMUSAN PENGERTIAN, TUJUAN, LANDASAN, PRINSIP, DAN PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN
Tugas Makalah ini Dibuat dalam Rangka Pemenuhan Tugas Mingguan
Pada Mata Kuliah Profesi Kependidikan
DOSEN PEMBINA
Moh. Zaini, S.Pd., M.Pd
Copy (2) of logo - ikip_color.jpg
DISUSUN OLEH KELOMPOK 13
Nama Anggota Kelompok
Nama
NPM
Nkp
Nikel
Beni
2121000210185


Fredrik Talo Goro
2121000210291


Irna A. Dangu Ngindi
2121000210104


Norbert Bora
2121000210189



Notes:
Nkp     : Nilai Kemampuan Personal
Nikel   : Nilai Kelompok

JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN BUDI UTOMO MALANG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah
Bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan sangat diperlukan dalam dunia pendidikan pada khususnya. Bimbingan yang terdapat pada tiap sekolah tidak hanya diperuntukan bagi siswa yang mendapat masalah. Tetapi, bimbingan membantu peran seorang guru untuk menghadapi perkembangan psikologi anak didik (siswa-siswi).
Berbagai kesalah kaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan “polisi sekolah”, atau berbagai persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan, sangat mungkin memiliki keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan bimbingan. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dilakukan secara asal-asalan, tidak dibangun di atas apa yang seharusnya.
B.     Batasan Masalah
Masalah pada makalah bimbingan dibatasi hanya pada pemahaman ranah bimbingan di sekolah, baik pada pengertian, peranan, tujuan, landasan, asas, kode etik, orientasi layanan, dan prinsip operasional.
C.     Tujuan Penulisan Makalah
a.       Mengetahui secara umum apa yang di maksud dengan bimbingan
b.      Mengetahui lebih jelas pemahaman bimbingan serta peranannya bagi pembelajaran siswa di sekolah.



BAB II
PEMBAHASAN
RUMUSAN PENGERTIAN, TUJUAN, LANDASAN, PRINSIP, DAN PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM LAYANAN BIMBINGAN
A.    Konsep Bimbingan Belajar Disekolah
bimbingan sebagai kegiatan yang terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat.
[1] Bimbingan ialah penolong individu agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik, 2000).
[2]Dalam Peraturan Pemerintah No. 29 Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
[3]Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan pengertian bimbingan, dengan demikian kita dapat melihat adanya benang merah, bahwa : Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang bersifat psikologis. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Selain itu, dapat ditarik sebuah inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya (self realization).
B.     Pengertian Bimbingan
Para ahli berusaha merumuskan pengertian bimbingan. Dalam merumuskan istilah tersebut, mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah bimbingan.
[4]Menurut Chiskolm “Bimbingan membantu individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri. Pengertian ini menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang dimiliki.
Menurut Bernard dan fullmer, 1969 “Bimbingan merupakan kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Mathewson, 1969 “Bimbingan merupakan pendidikan dan pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik. Pengertian ini menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
[5]Pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1978); Bimbingan adalah proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan , supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan keluarga serta masyarakat . Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagian hidupnya serta dapat menberikan sumbangan yang berarti .
Selanjutnya Bimo Walgito (1982: 11 ); Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya , agar individu atau individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya .
Dari beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh ahli ,dapat dikemukakan bahwa bimbingan merupakan :
ü  Suatu proses yang berkesinambungan,
ü  Suatu proses membantu individu,
ü  Bantuan yang berikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya, dan
ü  Kegiatan yang bertujuan  untuk memberikan bantuan agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan lingkungannya.
Maka dapat dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
C.    Peranan dan Tujuan Bimbingan Belajar Disekolah
a)      Peranan Bimbingan Belajar Disekolah
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal diluar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran disekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh (Mortensen & Schemuller,1969 )
[6]Bimbingan belajar semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya disetiap sekolah. Hal ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer Partowisastro (1982),sebagai berikut :
·         Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua sesudah rumah ,dimana anak dalam waktu sekian jam (± 6 jam ) hidupnya berada disekolah
·         Para siswa yang usianya relatif masih muda sangan membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya ,mengarahkan dirinya ,maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan
Kehadiran konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang dikutip oleh Belkin,1981). Merek a menyatakan bahwa konselor ternyata sangat membantu guru,dalam hal :
·         Mengembangkan dan memperluas pandangan guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya sebagai guru.
·         Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
·         Mengembangkan sikap yang lebih positif agar proses belajar siswa lebih efektif.
·         Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan. Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih efektif . Oleh karena itu ,kegiatan bimbingan dan konseling ,tidak dapat dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik disekolah maupun diluar sekolah. Peranan bimbingan ini antara lain meliputi :
·        Cara belajar,baik belajar secara kelompok ataupun individual
·        Cara bagaimana merencanakan waktu dan kegiatan belajar
·        Efisiensi dalam menggunakan buku-buku pelajaran
·        Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaiatan dengan mata pelajaran tentu
·        Cara,proses,dan prosedur tentang mengikuti pelajaran

Layanan bimbingan mempunyai  peranan penting untuk membantu siswa mengatasi masalah pribadi yang mengganggu belajarnya . Misalnya masalah hubungan muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga,dan sebagainya.
b)     Tujuan Bimbingan Belajar Disekolah
Tujuan bimbingan terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1)      Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan Bimbingan adalah sesuai dengan tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1994 : 5).
2)      Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan bertujuan untuk membantu siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang taqwa, mandiri dan bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
[7]Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku IIIC dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
ü  Mengatasi kesulitan dalam belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
ü  Mengatasi terjadinya kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar mengajar berlangsung dan hubungan sosial.
ü  Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan kesehatan jasmani.
ü  Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berkaitan dengan kelanjutan studi.
ü  Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka tamat.
ü  Mengatasi kesulitan-kesulitan yang berhubungan dengan masalah sosial-emosional di sekolah yang bersumber dari sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Secara umum dapat dikemukakan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu mengatasi berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar mengajar yang efektif dan efisien.
D.    Landasan Bimbingan dan Prinsip Operasional Bimbingan
a)      Landasan Bimbingan
Secara teoritik, berdasarkan hasil studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang mendasari pengembangan layanan bimbingan, yaitu landasan filosofis, landasan psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing landasan bimbingan dan konseling tersebut:
1.      Landasan Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan bimbingan yang lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan terutama berkenaan dengan usaha mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan berbagai dimensinya.
2.      Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan (klien). Untuk kepentingan bimbingan, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai oleh konselor adalah tentang :
ü  motif dan motivasi;
ü  pembawaan dan lingkungan;
ü  perkembangan individu;
ü  belajar; dan
ü  kepribadian.
3.      Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
4.      Landasan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen, prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya
Maka pemberian layanan bimbingan pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasan-landasan utama. Hal ini berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan bimbingan (Soejipto.2011)[8].
landasan-landasan itu adalah sebagai berikut:
1.      Bimbingan selalu memperhatikan perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk berkembang.
2.      Bimbingan berkisar pada dunia subyektif masing-masing individu.
3.      Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang dibimbing.
4.      Bimbingan berdasarkan pengakuan akan martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai hak-hak asasi (human rights).
5.      Bimbingan adalah suatu kegiatan yang bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan pemberian bantuan psikologis.
6.      Pelayanan ditujukan kepada semua siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
Bimbingan merupakan suatu proses, yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan dan mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.

b)     Prinsip Operasional Bimbingan
Berikut ini dikemukakan rumusan tentang prinsip-prinsip yang dituangkan dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III C tentang pelaksanaan Bimbingan dalam kurikulum 1994(Soejipto:2011)[9].
1.      Prinsip-prinsip Umum
ü  Dalam pemberian layanan perlu dikaji kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah.
ü  Perlu dikenal karakteristik individual dari individu yang dibimbing.
ü  Bimbingan diarahkan kepada bantuan yang diberikan supaya individu dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi kesulitan-kesulitan.
ü  Program bimbingan harus ssesuai dengan program sekolah yang bersangkutan.
ü  Pelaksanaan program bimbingan harus dipimpin oleh seorang petugas yang ahli dalam bidang bimbingan dan sanggup bekerjasama dengan para pembantu-pembantunya serta dapat menggunakan sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
ü  Terhadap program bimbingan harus senantiasa diadakan penilaian secara teratur.
2.      Prinsip-prinsip yang Berhubungan dengan Individu yang Dibimbing
ü  Layanan bimbingan harus diberikan kepada semua siswa.
ü  Harus ada kriteria untuk mengatur prioritas layanan kepada siswa tertentu.
ü  Program bimbingan harus berpusat kepada siswa.
ü  Layanan bimbingan harus dapat memenuhi kebutuhan individu yang      bersangkutan secara seba ragam dan serba luas.
ü  Keputusan terakhir dalam proses bimbingan ditentukan oleh individu yang di bimbing.
ü  Individu yang dibimbing harus berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri.
3.      Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Individu yang Memberikan Bimbingan
ü  Konselor di sekolah dipilih atas dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya.
ü  Konselor harus mendapatkan kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai pelatihan.
ü  Konselor hendaknya selalu mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing.
ü  Konselor harus menghormati dan menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya.
ü  Konselor hendaknya mempergunakan berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam melakukan tugasnya.
ü  Konselor hendaknya memperhatikan dan mempergunakan hasil penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang bersangkutan.

4.      Prinsip-prinsip Khusus yang Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan
ü  Bimbingan harus dilakukan secara berkesinambungan.
ü  Dalam pelaksanaan bimbingan harus tersedia kartu pribadi (cumulative record)  bagi setiap individu (siswa).
ü  Program bimbingan harus disusun sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
ü  Pembagian waktu harus diatur untuk setiap petugas secara baik.
ü  Bimbingan harus dilaksanakan dalam situasi indidual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode yang dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
ü  Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga di luar sekolah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan dan penyuluhan pada umumnya.
ü  Kepala sekolah memegang tanggung jawab tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan.

E.     Peran Guru Dalam Bimbingan
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Dengan demikian, bukan berarti dia sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan. Peran dan konstribusi guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan efisien pelayanan Bimbingan di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Soejipto (2011[10]) menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli, memahami dan menghargai tanpa syarat.
Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi terbatas.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa ada sembilan peran guru dalam kegiatan bimbingan yaitu:
a.       Informator, guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b.      Organisator, guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan lain-lain.
c.       Motivator, guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d.      Director, guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
e.       Inisiator, guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f.       Transmitter, guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g.      Fasilitator, guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h.      Mediator, guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.        Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya, sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi bimbingan dalam kegiatan belejar-mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan pembimbing, yaitu:
a.       Mengarahkan siswa agar lebih mandiri;
b.      Sikap yang positif dan wajar terhadap siswa;
c.       Perlakuan terhadap siswa secara hangat,  ramah,  rendah hati,  menyenangkan.
d.      Pemahaman siswa secara empatik;
e.       Penghargaan terhadap martabat siswa sebagai individu;
f.       Penampilan diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan siswa;
g.      Kekonkretan dalam menyatakan diri;
h.      Penerimaan siswa secara apa adanya;
i.        Perlakuan terhadap siswa secara permissive.
j.        Kepekaan terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari perasaannya itu;Pengembangan terhadap siswa menjadi individu yang lebih dewasa.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Dari Isi Makalah
Bimbingan adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal, dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Layanan bimbingan diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan individual anak baik secara psikologis maupun untuk mengembangkan kecakapan sosial agar dapat berkembang optimal. Hal ini senada dengan pendapat Leta Hollingworth yang dikutip Wahab (2004) yang mengindikasikan bahwa “gifted children do have social/emotional needs meriting attention”. Ditegaskan bahwa betapa pentingnya persoalan kebutuhan sosial/emosional anak berbakat memerlukan perhatian orang dewasa di sekitarnya, karena boleh jadi kondisi demikian akan berpengaruh kepada kinerja dan aktivitas anak dalam belajarnya.
Adapun tujuan pelayanan bimbingan ialah: (1) merencanakan kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.



DAFTAR PUSTAKA
Depdikbud.Undang-Undang Nomor 29/1990 Tentang Pendidikan Menengah. Jakarta:Depdikbud.
Hamalik, Oemar .2000.Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta: PT.Bumi Aksara.
Prayitno,dkk.1987.Profesionalisme Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: P2LPTK
Salahudin, Anas.2000. Bimbingan Konseling,Bandung:Abardin.
Soetjipto.2011.Profesi Keguruan. Jakarta:PT Rineka




[1] Hamalik, Oemar .2000.Pengantar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:PT.Bumi Aksara..Hal:193
[2] Depdikbud.Undang-Undang Nomor 29/1990 Tentang Pendidikan Menengah.Jakarta:Depdikbud.Hal:47.
[3] Prayitno,dkk.1987.Profesionalisme Konseling dan Pendidikan Konselor.Jakarta:P2LPTK
[4] Salahudin,Anas.2000Bimbingan Konseling,Bandung:Abardin.hal:13.
[5] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:62.
[6] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:64.
[7] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:65-66.
[8] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:69.
[9] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:70.
[10] Soetjipto.2011.Profesi Keguruan.Jakarta:PT Rineka Cipta.Hal:107.