RUMUSAN
PENGERTIAN, TUJUAN, LANDASAN, PRINSIP, DAN PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM
LAYANAN BIMBINGAN
Tugas Makalah ini Dibuat dalam Rangka Pemenuhan
Tugas Mingguan
Pada Mata Kuliah Profesi Kependidikan
DOSEN PEMBINA
Moh. Zaini, S.Pd., M.Pd
DISUSUN
OLEH KELOMPOK 13
Nama Anggota Kelompok
Nama
|
NPM
|
Nkp
|
Nikel
|
Beni
|
2121000210185
|
|
|
Fredrik
Talo Goro
|
2121000210291
|
|
|
Irna
A. Dangu Ngindi
|
2121000210104
|
|
|
Norbert
Bora
|
2121000210189
|
|
|
Notes:
Nkp : Nilai Kemampuan Personal
Nikel : Nilai Kelompok
JURUSAN MATEMATIKA
FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU EKSAKTA
DAN KEOLAHRAGAAN
INSTITUT KEGURUAN ILMU PENDIDIKAN
BUDI UTOMO MALANG
2014
|
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bimbingan
pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang
ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri
sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan,
memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan
tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan
sangat diperlukan dalam dunia pendidikan pada khususnya. Bimbingan yang
terdapat pada tiap sekolah tidak hanya diperuntukan bagi siswa yang mendapat
masalah. Tetapi, bimbingan membantu peran seorang guru untuk menghadapi
perkembangan psikologi anak didik (siswa-siswi).
Berbagai
kesalah kaprahan dan kasus malpraktek yang terjadi dalam layanan bimbingan
selama ini, seperti adanya anggapan bimbingan “polisi sekolah”, atau berbagai
persepsi lainnya yang keliru tentang layanan bimbingan, sangat mungkin memiliki
keterkaitan erat dengan tingkat pemahaman dan penguasaan konselor tentang landasan
bimbingan. Dengan kata lain, penyelenggaraan bimbingan dilakukan secara
asal-asalan, tidak dibangun di atas apa yang seharusnya.
B. Batasan Masalah
Masalah pada makalah bimbingan
dibatasi hanya pada pemahaman ranah bimbingan di sekolah, baik pada pengertian,
peranan, tujuan, landasan, asas, kode etik, orientasi layanan, dan prinsip
operasional.
C. Tujuan Penulisan Makalah
a.
Mengetahui
secara umum apa yang di maksud dengan bimbingan
b.
Mengetahui
lebih jelas pemahaman bimbingan serta peranannya bagi pembelajaran siswa di
sekolah.
BAB II
PEMBAHASAN
RUMUSAN
PENGERTIAN, TUJUAN, LANDASAN, PRINSIP, DAN PERAN PROFESI KEPENDIDIKAN DALAM
LAYANAN BIMBINGAN
A.
Konsep
Bimbingan Belajar Disekolah
bimbingan sebagai kegiatan yang
terorganisir untuk memberikan bantuan secara sistematis kepada peserta didik
dalam membuat penyesuaian diri terhadap berbagai bentuk problema yang
dihadapinya, misalnya problema kependidikan, jabatan, kesehatan, sosial dan
pribadi. Dalam pelaksanaannya, bimbingan harus mengarahkan kegiatannya agar
peserta didik mengetahui tentang diri pribadinya sebagai individu maupun
sebagai anggota masyarakat.
Bimbingan ialah penolong individu
agar dapat mengenal dirinya dan supaya individu itu dapat mengenal serta dapat
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi di dalam kehidupannya (Oemar Hamalik,
2000).
Dalam Peraturan Pemerintah No. 29
Tahun 1990 tentang Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan
bantuan yang diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi,
mengenal lingkungan, dan merencanakan masa depan”.
Prayitno, dkk. (2003) mengemukakan
bahwa bimbingan dan konseling adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik,
baik secara perorangan maupun kelompok agar mandiri dan berkembang secara
optimal, dalam bimbingan pribadi, bimbingan sosial, bimbingan belajar, dan
bimbingan karier, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan pendukung,
berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Bimbingan
adalah suatu proses yang terus-menerus untuk membantu perkembangan individu
dalam rangka mengembangkan kemampuannya secara maksimal untuk memperoleh
manfaat yang sebesar-besarnya, baik bagi dirinya maupun bagi masyarakat (Tim
Pengembangan MKDK IKIP Semarang, 1990:11).
Dari
beberapa pendapat di atas, tampaknya para ahli masih beragam dalam memberikan
pengertian bimbingan, dengan demikian kita dapat melihat adanya benang merah,
bahwa : Bimbingan pada hakekatnya merupakan upaya untuk memberikan bantuan
kepada individu atau peserta didik. Bantuan dimaksud adalah bantuan yang
bersifat psikologis. Tercapainya penyesuaian diri, perkembangan optimal dan
kemandirian merupakan tujuan yang ingin dicapai dari bimbingan.
Selain itu, dapat ditarik sebuah
inti sari bahwa bimbingan merupakan suatu bentuk bantuan yang diberikan kepada
individu agar dapat mengembangkan kemampuannya seoptimal mungkin, dan membantu
siswa agar memahami dirinya (self understanding), menerima dirinya (self
acceptance), mengarahkan dirinya (self direction), dan merealisasikan dirinya
(self realization).
B.
Pengertian
Bimbingan
Para ahli
berusaha merumuskan pengertian bimbingan. Dalam merumuskan istilah tersebut,
mereka memberikan tekanan pada aspek tertentu dari kegiatan tersebut. Untuk
lebih jelasnya berikut ini dikemukakan beberapa rumusan tentang istilah
bimbingan.
Menurut Chiskolm “Bimbingan membantu
individu untuk lebih mengenali berbagai informasi tentang dirinya sendiri.
Pengertian ini menitik beratkan pada pemahaman terhadap potensi diri yang
dimiliki.
Menurut Bernard dan fullmer, 1969 “Bimbingan merupakan
kegiatan yang bertujuan meningkatkan realisasi pribadi setiap individu. Dari
pengertian tersebut dapat dipahami bahwa bimbingan membantu individu untuk
mengaktualisasikan diri dengan lingkungannya.
Menurut Mathewson, 1969 “Bimbingan merupakan pendidikan dan
pengembangan yang menekankan proses belajar yang sistematik. Pengertian ini
menekankan bimbingan sebagai bentuk pendidikan dan pengembangan diri, tujuan
yang diinginkan diperoleh melalui proses belajar.
Dalam peraturan pemerintah No. 29 tahun 1990 tentang
Pendidikan Menengah dikemukakan bahwa “Bimbingan merupakan bantuan yang
diberikan kepada peserta didik dalam rangka menemukan pribadi, mengenal
lingkungan, dan merencanakan masa depan.”
Pengertian
bimbingan yang dikemukakan oleh Rochman Natawidjaja (1978); Bimbingan adalah
proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan
, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya sehingga ia sanggup
mengarahkan diri dan dapat bertindak wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan
keluarga serta masyarakat . Dengan demikian dia dapat mengecap kebahagian
hidupnya serta dapat menberikan sumbangan yang berarti .
Selanjutnya Bimo
Walgito (1982: 11 ); Bimbingan adalah bantuan atau pertolongan yang diberikan
kepada individu atau sekumpulan individu-individu dalam menghindari atau
mengatasi kesulitan-kesulitan di dalam kehidupanya , agar individu atau
individu-individu itu dapat mencapai kesejahteraan hidupnya .
Dari
beberapa pengertian bimbingan yang dikemukakan oleh ahli ,dapat dikemukakan
bahwa bimbingan merupakan :
ü Suatu
proses yang berkesinambungan,
ü Suatu
proses membantu individu,
ü Bantuan
yang berikan itu dimaksudkan agar individu yang bersangkutan dapat mengarahkan
dan mengembangkan dirinya secara optimal sesuai dengan kemampuan/potensinya,
dan
ü Kegiatan
yang bertujuan untuk memberikan bantuan
agar individu dapat memahami keadaan dirinya dan mampu menyesuaikan dengan
lingkungannya.
Maka dapat
dipahami bahwa bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang
dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu
dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya
sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan, dan menyusun rencana sesuai
dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang
berlaku.
C.
Peranan
dan Tujuan Bimbingan Belajar Disekolah
a)
Peranan
Bimbingan Belajar Disekolah
Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah
pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu
siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota
masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya. Bimbingan dan konseling
menangani masalah-masalah atau hal-hal diluar bidang garapan pengajaran, tetapi
secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran
disekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap
semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh
(Mortensen & Schemuller,1969 )
Bimbingan
belajar semakin hari semakin dirasakan perlu keberadaanya disetiap sekolah. Hal
ini didukung oleh berbagai macam faktor, seperti dikemukakan oleh Koestoer
Partowisastro (1982),sebagai berikut :
·
Sekolah merupakan lingkungan hidup kedua
sesudah rumah ,dimana anak dalam waktu sekian jam (± 6 jam ) hidupnya berada
disekolah
·
Para siswa yang usianya relatif masih
muda sangan membutuhkan bimbingan baik dalam memahami keadaan dirinya
,mengarahkan dirinya ,maupun dalam mengatasi berbagai macam kesulitan
Kehadiran
konselor disekolah dapat meringankan tugas guru (Lundquist dan Chamely yang
dikutip oleh Belkin,1981). Merek a menyatakan bahwa konselor ternyata sangat
membantu guru,dalam hal :
·
Mengembangkan dan memperluas pandangan
guru tentang masalah afektif yang mempunyai kaitan erat dengan profesinya
sebagai guru.
·
Mengembangkan wawasan guru bahwa keadaan
emosionalnya akan mempengaruhi proses belajar-mengajar.
·
Mengembangkan sikap yang lebih positif
agar proses belajar siswa lebih efektif.
·
Mengatasi masalah-masalah yang ditemui guru
dalam melaksanakan tugasnya.
Konselor
dan guru merupakan suatu tim yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan.
Keduanya dapat saling menunjang terciptanya proses pembelajaran yang lebih
efektif . Oleh karena itu ,kegiatan bimbingan dan konseling ,tidak dapat
dipisahkan dengan kegiatan sekolah.
Bimbingan belajar ini dimaksudkan untuk mengatasi
masalah-masalah yang berhubungan dengan kegiatan belajar baik disekolah maupun
diluar sekolah. Peranan bimbingan ini antara lain meliputi :
·
Cara belajar,baik belajar secara
kelompok ataupun individual
·
Cara bagaimana merencanakan waktu dan
kegiatan belajar
·
Efisiensi dalam menggunakan buku-buku
pelajaran
·
Cara mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaiatan dengan mata pelajaran tentu
·
Cara,proses,dan prosedur tentang
mengikuti pelajaran
Layanan bimbingan mempunyai peranan penting untuk membantu siswa mengatasi
masalah pribadi yang mengganggu belajarnya . Misalnya masalah hubungan
muda-mudi, masalah ekonomi, masalah hubungan dengan orang tua/keluarga,dan
sebagainya.
b)
Tujuan
Bimbingan Belajar Disekolah
Tujuan
bimbingan terbagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan khusus.
1) Tujuan Umum
Tujuan umum dari layanan Bimbingan adalah sesuai dengan
tujuan pendidikan sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional (UUSPN) Tahun 1989 (UU No. 2/1989), yaitu terwujudnya manusia
Indonesia seutuhnya yang cerdas, yang beriman, dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan,
kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa
tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan (Depdikbud, 1994 : 5).
2) Tujuan Khusus
Secara khusus layanan Bimbingan bertujuan untuk membantu
siswa agar dapat mencapai tujuan-tujuan perkembangan meliputi aspek pribadi,
sosial, belajar dan karier. Bimbingan pribadi-sosial dimaksudkan untuk mencapai
tujuan dan tugas perkembangan pribadi-sosial dalam mewujudkan pribadi yang
taqwa, mandiri dan bertanggung-jawab. Bimbingan belajar dimaksudkan untuk
mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan. Bimbingan karier dimaksudkan
untuk mewujudkan pribadi pekerja yang produktif.
Dalam kurikulum SMA tahun 1975 Buku
IIIC dinyatakan bahwa tujuan bimbingan di sekolah adalah membantu siswa:
ü Mengatasi kesulitan dalam
belajarnya, sehingga memperoleh prestasi belajar yang tinggi.
ü Mengatasi terjadinya
kebiasaan-kebiasaan yang tidak baik yang dilakukannya pada saat proses belajar
mengajar berlangsung dan hubungan sosial.
ü Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan kesehatan jasmani.
ü Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berkaitan dengan kelanjutan studi.
ü Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan perencanaan dan pemilihan jenis pekerjaan setelah mereka
tamat.
ü Mengatasi kesulitan-kesulitan yang
berhubungan dengan masalah sosial-emosional di sekolah yang bersumber dari
sikap murid yang bersangkutan terhadap dirinya sendiri, lingkungan sekolah,
keluarga, dan lingkungan yang lebih luas.
Secara
umum dapat dikemukakan bahwa tujuan bimbingan adalah membantu mengatasi
berbagai macam kesulitan yang dihadapi siswa sehingga terjadi proses belajar
mengajar yang efektif dan efisien.
D.
Landasan
Bimbingan dan Prinsip Operasional Bimbingan
a) Landasan Bimbingan
Secara teoritik, berdasarkan hasil
studi dari beberapa sumber, secara umum terdapat empat aspek pokok yang
mendasari pengembangan layanan bimbingan, yaitu landasan filosofis, landasan
psikologis, landasan sosial-budaya, dan landasan ilmu pengetahuan (ilmiah) dan
teknologi. Selanjutnya, di bawah ini akan dideskripsikan dari masing-masing
landasan bimbingan dan konseling tersebut:
1. Landasan
Filosofis
Landasan filosofis merupakan landasan yang dapat memberikan
arahan dan pemahaman khususnya bagi konselor dalam melaksanakan setiap kegiatan
bimbingan yang lebih bisa dipertanggung jawabkan secara logis, etis maupun
estetis. Landasan filosofis dalam bimbingan terutama berkenaan dengan usaha
mencari jawaban yang hakiki atas pertanyaan filosofis tentang : apakah manusia
itu ? Untuk menemukan jawaban atas pertanyaan filosofis tersebut, tentunya
tidak dapat dilepaskan dari berbagai aliran filsafat yang ada, mulai dari
filsafat klasik sampai dengan filsafat modern dan bahkan filsafat post-modern.
Dengan memahami hakikat manusia tersebut maka setiap upaya
bimbingan dan konseling diharapkan tidak menyimpang dari hakikat tentang
manusia itu sendiri. Seorang konselor dalam berinteraksi dengan kliennya harus
mampu melihat dan memperlakukan kliennya sebagai sosok utuh manusia dengan
berbagai dimensinya.
2. Landasan
Psikologis
Landasan psikologis merupakan landasan yang dapat memberikan
pemahaman bagi konselor tentang perilaku individu yang menjadi sasaran layanan
(klien). Untuk kepentingan bimbingan, beberapa kajian psikologi yang perlu
dikuasai oleh konselor adalah tentang :
ü motif dan motivasi;
ü pembawaan dan lingkungan;
ü perkembangan individu;
ü belajar; dan
ü kepribadian.
3. Landasan
Sosial-Budaya
Landasan
sosial-budaya merupakan landasan yang dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan dimensi kebudayaan sebagai faktor yang
mempengaruhi terhadap perilaku individu. Seorang individu pada dasarnya
merupakan produk lingkungan sosial-budaya dimana ia hidup. Sejak lahirnya, ia
sudah dididik dan dibelajarkan untuk mengembangkan pola-pola perilaku sejalan
dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di sekitarnya. Apabila perbedaan dalam
sosial-budaya ini tidak “dijembatani”, maka tidak mustahil akan timbul konflik
internal maupun eksternal, yang pada akhirnya dapat menghambat terhadap proses
perkembangan pribadi dan perilaku individu yang besangkutan dalam kehidupan
pribadi maupun sosialnya.
4. Landasan
Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK)
Layanan
bimbingan dan konseling merupakan kegiatan profesional yang memiliki
dasar-dasar keilmuan, baik yang menyangkut teori maupun prakteknya. Pengetahuan
tentang bimbingan dan konseling disusun secara logis dan sistematis dengan
menggunakan berbagai metode, seperti: pengamatan, wawancara, analisis dokumen,
prosedur tes, inventory atau analisis laboratoris yang dituangkan dalam bentuk
laporan penelitian, buku teks dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya
Maka pemberian layanan bimbingan
pada hakekatnya selalu di didasarkan atas landasan-landasan utama. Hal ini
berupa keyakinan-keyakinan yang pada akhirnya dapat mewarnai seluruh kegiatan
bimbingan (Soejipto.2011).
landasan-landasan itu adalah sebagai
berikut:
1. Bimbingan selalu memperhatikan
perkembangan siswa sebagai individu yang mandiri dan mempunyai potensi untuk
berkembang.
2. Bimbingan berkisar pada dunia
subyektif masing-masing individu.
3. Kegiatan bimbingan dilaksanakan atas
dasar kesepakatan antara bimbingan dengan yang dibimbing.
4. Bimbingan berdasarkan pengakuan akan
martabat dan keluhuran individu yang dibimbing sebagai manusia yang mempunyai
hak-hak asasi (human rights).
5. Bimbingan adalah suatu kegiatan yang
bersifat ilmiah yang mengintegrasikan bidang-bidang ilmu yang berkaitan dengan
pemberian bantuan psikologis.
6. Pelayanan ditujukan kepada semua
siswa, tidak hanya untuk individu yang bermasalah saja.
Bimbingan merupakan suatu proses,
yaitu berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan, berurutan dan
mengikuti tahap-tahap perkembangan anak.
b)
Prinsip
Operasional Bimbingan
Berikut ini dikemukakan rumusan
tentang prinsip-prinsip yang dituangkan dalam kurikulum SMA tahun 1975 buku III
C tentang pelaksanaan Bimbingan dalam kurikulum 1994(Soejipto:2011).
1. Prinsip-prinsip Umum
ü Dalam pemberian layanan perlu dikaji
kehidupan masa lalu klien, yang diperkirakan mempengaruhi timbulnya masalah.
ü Perlu dikenal karakteristik
individual dari individu yang dibimbing.
ü Bimbingan diarahkan kepada bantuan
yang diberikan supaya individu dapat menolong dirinya sendiri dalam menghadapi
kesulitan-kesulitan.
ü Program bimbingan harus ssesuai
dengan program sekolah yang bersangkutan.
ü Pelaksanaan program bimbingan harus
dipimpin oleh seorang petugas yang ahli dalam bidang bimbingan dan sanggup
bekerjasama dengan para pembantu-pembantunya serta dapat menggunakan
sumber-sumber yang berguna di luar sekolah.
ü Terhadap program bimbingan harus
senantiasa diadakan penilaian secara teratur.
2. Prinsip-prinsip yang Berhubungan
dengan Individu yang Dibimbing
ü Layanan bimbingan harus diberikan
kepada semua siswa.
ü Harus ada kriteria untuk mengatur
prioritas layanan kepada siswa tertentu.
ü Program bimbingan harus berpusat
kepada siswa.
ü Layanan bimbingan harus dapat
memenuhi kebutuhan individu yang bersangkutan
secara seba ragam dan serba luas.
ü Keputusan terakhir dalam proses
bimbingan ditentukan oleh individu yang di bimbing.
ü Individu yang dibimbing harus
berangsur-angsur dapat membimbing dirinya sendiri.
3. Prinsip-prinsip Khusus yang
Berhubungan dengan Individu yang Memberikan Bimbingan
ü Konselor di sekolah dipilih atas
dasar kualifikasi kepribadian, pendidikan, pengalaman dan kemampuannya.
ü Konselor harus mendapatkan
kesempatan untuk mengembangkan dirinya serta keahliannya melalui berbagai
pelatihan.
ü Konselor hendaknya selalu
mempergunakan informasi yang tersedia mengenai individu yang dibimbing.
ü Konselor harus menghormati dan
menjaga kerahasiaan informasi tentang individu yang dibimbingnya.
ü Konselor hendaknya mempergunakan
berbagai jenis metode dan teknik yang tepat dalam melakukan tugasnya.
ü Konselor hendaknya memperhatikan dan
mempergunakan hasil penelitian dalam bidang: minat, kemampuan, dan hasil
belajar individu untuk kepentingan perkembangan kurikulum sekolah yang
bersangkutan.
4. Prinsip-prinsip Khusus yang
Berhubungan dengan Organisasi dan Administrasi Bimbingan
ü Bimbingan harus dilakukan secara
berkesinambungan.
ü Dalam pelaksanaan bimbingan harus
tersedia kartu pribadi (cumulative record) bagi setiap individu (siswa).
ü Program bimbingan harus disusun
sesuai dengan kebutuhan sekolah yang bersangkutan.
ü Pembagian waktu harus diatur untuk
setiap petugas secara baik.
ü Bimbingan harus dilaksanakan dalam
situasi indidual dan dalam situasi kelompok, sesuai dengan masalah dan metode
yang dipergunakan dalam memecahkan masalah itu.
ü Sekolah harus bekerja sama dengan lembaga-lembaga
di luar sekolah yang menyelenggarakan layanan yang berhubungan dengan bimbingan
dan penyuluhan pada umumnya.
ü Kepala sekolah memegang tanggung
jawab tertinggi dalam pelaksanaan bimbingan.
E.
Peran
Guru Dalam Bimbingan
Di sekolah, tugas dan tanggung jawab utama guru adalah
melaksanakan kegiatan pembelajaran siswa. Dengan demikian, bukan berarti dia
sama sekali lepas dengan kegiatan pelayanan bimbingan. Peran dan konstribusi
guru mata pelajaran tetap sangat diharapkan guna kepentingan efektivitas dan
efisien pelayanan Bimbingan di sekolah. Bahkan dalam batas-batas tertentu guru
pun dapat bertindak sebagai konselor bagi siswanya.
Soejipto (2011)
menyebutkan salah satu peran yang dijalankan oleh guru yaitu sebagai pembimbing
dan untuk menjadi pembimbing baik guru harus memiliki pemahaman tentang anak
yang sedang dibimbingnya. Sementara itu, berkenaan peran guru mata pelajaran
dalam bimbingan dan konseling, Sofyan S. Willis (2005) mengemukakan bahwa
guru-guru mata pelajaran dalam melakukan pendekatan kepada siswa harus
manusiawi-religius, bersahabat, ramah, mendorong, konkret, jujur dan asli,
memahami dan menghargai tanpa syarat.
Kejelasan gambaran tugas dapat memotivasi guru untuk
berperan secara aktif dalam kegiatan bimbingan dan mereka merasa ikut
bertanggung jawab atas terlaksananya kegiatan itu. Perilaku guru dapat
mempengaruhi keberhasilan belajar, misalnya guru yang bersifat otoriter akan
menimbulkan suasana tegang, hubungan guru siswa menjadi kaku, keterbukaan siswa
untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan sehubungan dengan pelajaran itu menjadi
terbatas.
Sardiman (2001:142) menyatakan bahwa
ada sembilan peran guru dalam kegiatan bimbingan yaitu:
a. Informator,
guru diharapkan sebagai pelaksana cara mengajar informatif, laboratorium, studi
lapangan, dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
b. Organisator,
guru sebagai pengelola kegiatan akademik, silabus, jadwal pelajaran dan
lain-lain.
c. Motivator,
guru harus mampu merangsang dan memberikan dorongan serta reinforcement untuk
mendinamisasikan potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta
(kreativitas) sehingga akan terjadi dinamika di dalam proses belajar-mengajar.
d. Director,
guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
dengan tujuan yang dicita-citakan.
e. Inisiator,
guru sebagai pencetus ide dalam proses belajar-mengajar.
f. Transmitter,
guru bertindak selaku penyebar kebijaksanaan dalam pendidikan dan pengetahuan.
g. Fasilitator,
guru akan memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses belajar-mengajar.
h. Mediator,
guru sebagai penengah dalam kegiatan belajar siswa.
i.
Evaluator, guru mempunyai otoritas untuk menilai
prestasi anak didik dalam bidang akademik maupun tingkah laku sosialnya,
sehingga dapat menentukan bagaimana anak didiknya berhasil atau tidak.
Oleh karena itu, guru harus dapat menerapkan fungsi
bimbingan dalam kegiatan belejar-mengajar. Beberapa hal yang perlu diperhatikan
guru dalam proses belajar-mengajar sesuai dengan fungsinya sebagai guru dan
pembimbing, yaitu:
a.
Mengarahkan
siswa agar lebih mandiri;
b.
Sikap
yang positif dan wajar terhadap siswa;
c.
Perlakuan
terhadap siswa secara hangat, ramah, rendah hati,
menyenangkan.
d.
Pemahaman
siswa secara empatik;
e.
Penghargaan
terhadap martabat siswa sebagai individu;
f.
Penampilan
diri secara asli (genuine) tidak pura-pura, di depan siswa;
g.
Kekonkretan
dalam menyatakan diri;
h.
Penerimaan
siswa secara apa adanya;
i.
Perlakuan
terhadap siswa secara permissive.
j.
Kepekaan
terhadap perasaan yang dinyatakan oleh siswa dan membantu siswa untuk menyadari
perasaannya itu;Pengembangan terhadap siswa menjadi individu yang lebih dewasa.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan Dari Isi Makalah
Bimbingan adalah pelayanan bantuan untuk peserta didik, baik
secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal,
dalam bidang pengembangan kehidupan pribadi, kehidupan sosial, kemampuan
belajar, dan perencanaan karir, melalui berbagai jenis layanan dan kegiatan
pendukung, berdasarkan norma-norma yang berlaku.
Layanan bimbingan diperlukan siswa untuk memenuhi kebutuhan
individual anak baik secara psikologis maupun untuk mengembangkan kecakapan
sosial agar dapat berkembang optimal. Hal ini senada dengan pendapat Leta
Hollingworth yang dikutip Wahab (2004) yang mengindikasikan bahwa “gifted
children do have social/emotional needs meriting attention”. Ditegaskan bahwa
betapa pentingnya persoalan kebutuhan sosial/emosional anak berbakat memerlukan
perhatian orang dewasa di sekitarnya, karena boleh jadi kondisi demikian akan
berpengaruh kepada kinerja dan aktivitas anak dalam belajarnya.
Adapun tujuan pelayanan bimbingan ialah: (1) merencanakan
kegiatan penyelesaian studi, perkembangan karir serta kehidupan-nya di masa
yang akan datang; (2) mengembangkan seluruh potensi dan kekuatan yang
dimilikinya seoptimal mungkin; (3) menyesuaikan diri dengan lingkungan
pendidikan, lingkungan masyarakat serta lingkungan kerjanya; (4) mengatasi
hambatan dan kesulitan yang dihadapi dalam studi, penyesuaian dengan lingkungan
pendidikan, masyarakat, maupun lingkungan kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Prayitno,dkk.1987.Profesionalisme Konseling dan Pendidikan Konselor. Jakarta: P2LPTK
Salahudin, Anas.2000. Bimbingan
Konseling,Bandung:Abardin.